Halo sobat Kongkie Malindo, pernahkah kalian mengamati bahwa bahan makanan bisa saja mengalami perubahan warna. Tapi yang menarik disini adalah, apakah perubahan ini sesuatu yang baik atau buruk. Untuk itu, mari kita kupas secara ilmiah.
Makanan Berubah Warna, Apakah Aman Dikonsumsi?
Pernahkah Anda membuka kulkas dan menemukan makanan yang warnanya tampak berbeda dari biasanya? Misalnya daging yang berubah menjadi kecokelatan, sayuran yang menguning, atau nasi yang tampak kehijauan? Perubahan warna pada makanan seringkali menimbulkan pertanyaan: apakah makanan ini masih aman dikonsumsi?
Perubahan warna pada makanan bisa terjadi karena berbagai alasan. Beberapa di antaranya bersifat alami, namun ada pula yang menjadi tanda bahwa makanan tersebut telah rusak atau bahkan berbahaya.
1. Proses Oksidasi
Salah satu penyebab utama perubahan warna pada makanan adalah oksidasi. Misalnya, daging sapi yang semula merah segar bisa berubah menjadi kecokelatan setelah terpapar udara. Hal ini terjadi karena pigmen mioglobin di dalam daging bereaksi dengan oksigen. Meskipun warnanya berubah, daging tersebut belum tentu rusak, selama tidak ada bau busuk atau lendir.
Contoh lain adalah buah-buahan seperti apel dan pisang yang menghitam setelah dipotong. Ini juga akibat oksidasi dan biasanya masih aman dikonsumsi, meski tampilannya kurang menarik.
2. Reaksi Kimia dan Enzimatik
Beberapa makanan mengalami perubahan warna karena reaksi enzimatik. Kentang yang disimpan terlalu lama bisa berubah kehijauan karena terbentuknya senyawa solanin, terutama jika terkena cahaya. Solanin bersifat toksik jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, sehingga kentang yang kehijauan sebaiknya dibuang atau dikupas bagian hijaunya sebelum dimasak.
Demikian pula dengan makanan kaleng. Jika isi kaleng tampak berwarna tidak wajar (misalnya abu-abu atau biru), hal ini bisa menandakan kontaminasi atau reaksi logam dengan makanan. Dalam kasus ini, makanan sebaiknya tidak dikonsumsi.
3. Pertumbuhan Mikroorganisme
Perubahan warna juga bisa disebabkan oleh pertumbuhan jamur atau bakteri. Contohnya adalah nasi yang berubah menjadi kehijauan atau kehitaman akibat tumbuhnya jamur. Ini jelas merupakan tanda makanan sudah rusak dan tidak boleh dikonsumsi karena berisiko menyebabkan keracunan.
Begitu pula dengan roti yang menunjukkan bercak-bercak berwarna biru atau hijau, yang menandakan adanya pertumbuhan kapang (jamur).
Kesimpulan
Perubahan warna pada makanan tidak selalu menandakan bahwa makanan tersebut berbahaya, namun juga tidak boleh diabaikan. Perlu dilihat juga faktor lain seperti bau, tekstur, dan tanggal kedaluwarsa. Jika ada tanda-tanda kebusukan, perubahan aroma yang tajam, atau tekstur yang berlendir, sebaiknya makanan tersebut dibuang.
Ingat, mengonsumsi makanan yang sudah rusak bisa menyebabkan keracunan makanan, yang berisiko bagi kesehatan. Lebih baik membuang makanan yang meragukan daripada menyesal kemudian. Waspada terhadap perubahan warna bisa menjadi langkah awal menjaga keamanan makanan dan kesehatan keluarga.

Tinggalkan Balasan